Bolehkah Mengucapkan Selamat Datangnya Bulan Ramadhan?

Ramadhan sebentar lagi tiba. Tentunya kita bergembira akan hal ini. Lalu, apakah boleh kita mengucapkan selamat datangnya bulan Ramadhan? Berikut keterangannya.


Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwasanya Nabi ﷺ bersabda:


قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ


“Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan puasa atas kalian di dalamnya. Pada bulan ini dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan. Di dalam bulan ini ada sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tercegah dari kebaikannya, maka sungguh dia tercegah untuk mendapatkannya.” (HR Ahmad, 12/59; Nasai 4/129. Syaikh Al-Albani berkata: “Hadits Shahih Lighairih”. Lihat Shahih at-Targhib, 1/490, Tamamul Minnah hal.395 keduanya oleh Syaikh Al-Albani rahimahullaah).


Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullaah berkata:


“Sebagian ulama mengatakan, hadits ini adalah dalil bolehnya mengucapkan selamat antara sebagian manusia kepada yang lain berhubungan dengan datangnya bulan Ramadhan. Bagaimana mungkin seorang mukmin tidak bergembira dengan dibukanya pintu surga? Bagaimana tidak bergembira orang yang berbuat dosa dengan ditutupnya pintu neraka? Bagaimana mungkin orang yang berakal tidak bergembira dengan suatu waktu yang saat itu setan dibelenggu, waktu mana yang bisa menyerupai waktu semacam ini?” (Lathaaiful Ma’aarif , hal. 279).


Al-‘Allaamah Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullaah (mantan mufti Kerajaan Saudi Arabia) mengatakan,


رمضان شهر، عظيم شهر مبارك يفرح به المسلمون، وكان النبي ﷺ وأصحابه يفرحون به، وكان النبي ﷺ يبشر أصحابه بذلك، فإذا فرح به المسلمون واستبشروا به وهنأ بعضهم بعضاً في ذلك فلا حرج في ذلك، كما فعله السلف الصالح؛ لأنه شهر عظيم ومبارك، يفرح به لما فيه من تكفير السيئات وحط الخطايا والمسابقة إلى الخيرات في أعمال صالحات أخرى


“Bulan Ramadhan, bulan yang agung yang penuh berkah, yang kaum muslimin bergembira dengannya. Nabi ﷺ dan para sahabat, mereka bergembira dengan kedatangannya. Nabi ﷺ menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat akan datangnya bulan Ramadhan. Maka jika kaum muslimin bergembira dan saling menyampaikan kabar gembira ini kepada yang lainnya maka tidak apa-apa. Sebagaimana perbuatan para Salafush Shaleh. Karena Ramadhan adalah bulan yang agung dan berkah. Bergembira dengan kedatangannya, karena di dalamnya dosa-dosa dan kesalahan dihapus, dan berlomba-lomba melakukan kebaikan dalam amal-amal shaleh lainnya. (Lihat https://binbaz.org.sa/fatwas/4784/حكم-التهنىة-بقدوم-رمضان)


Asy-Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan (anggota Komisi Tetap untuk Riiset Ilmiah dan Fatwa KSA) hafizhahullaah berkata,


التهنئة بدخول شهر رمضان لا بأس بها؛ لأنالنبي صلى الله عليه وسلم كان يبشر أصحابه بقدوم شهر رمضان، ويحثهم على الاجتهاد فيه بالأعمال الصالحة، وقد قال الله تعالى‏:‏ ‏( ‏قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ‏) ‏[‏ يونس ‏:‏ 58‏]‏


Mengucapkan selamat dengan datangnya bulan Ramadhan tidsak masalah. Karena sesungguhnya Nabi ﷺ biasanya menyampaikan kabar gembira akan datangnya bulan Ramadhan kepada para sahabat dan menganjurkan kepada mereka agar bersungguh-sungguh di bulan tersebut dengan melakukan amal-amal shaleh. Allah تعالى‏ berfirman,


‏قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ


“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan“. (QS Yunus [10]: 58)


فالتهنئة بهذا الشهر والفرح بقدومه يدلان على الرغبة في الخير، وقد كان السلف يبشر بعضهم بعضًا بقدوم شهر رمضان؛ اقتداء بالنبي صلى الله عليه وسلم؛


Maka mengucapkan selamat dan bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan, keduanya menunjukkan hasrat dalam melakukan kebaikan. Dan sungguh As-Salaf saling memberi kabar gembira akan datangnya bulan Ramadhan, hal ini mencontoh perbuatan Nabi ﷺ. (Selengkapnya lihat di http://alfawzan.af.org.sa/ar/node/7452)


Diakhir risalah ini, kami suguhkan perkataan indah penuh faedah. Al-’Allaamah Al-Mufassir Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullaah berkata:


“Ucapan selamat dalam berbagai kesempatan dibangun di atas kaidah yang berharga, yaitu asal dalam masalah adat, baik ucapan maupun perbuatan hukumnya adalah boleh, tidak bisa diharamkan atau dibenci; kecuali apabila mengandung hal yang dilarang oleh syariat atau mengandung kerusakan. Kaidah agung ini dibangun di atas Al-Qur`an dan As-Sunnah. Sesungguhnya manusia tidaklah bermaksud ibadah dengan ucapan ini, namun hal itu merupakan adat sesama mereka dalam sebagian kesempatan. Hal ini tidak terlarang, bahkan menyimpan kemaslahatan sebab apabila kaum mukmin saling mendoakan antara sesama maka sejatinya hal itu akan menyebabkan mereka saling mencintai. Dan adat-adat yang boleh apabila diringi dengan manfaat dan maslahat, maka bisa menjadikannya sebagai amalan yang dicintai oleh Allah sesuai dengan buah yang dihasilkannya” (Al-Fataawa As-Sa’diyyah, hal. 487).


Maka sebagai penutup kami sampaikan, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan, semoga Allah Ta’aala menjadikan kita sebagai para hamba-Nya yang bertakwa dan beruntung. In syaa Allah. Aamiin.


Menatap Merbabu, akhir Sya’ban 1440

Abu ‘Aashim al-Hanbali

Komentar

Postingan Populer