Fakta dan Nasehat dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

1⃣ Ada riwayat yang menjelaskan bahwa penasaban Syaikh kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu adalah tidak benar. Walaupun kemungkinan besar memang benar Beliau itu masih keturunan Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, sebab karena lemah dan jarangnya dalil orang-orang yang menyangkal sementara kuat dan banyaknya dalil orang-orang yang menyatakan kebenaran hal tersebut.


2⃣ Imam As-Sam’aani berkata, “Beliau adalah imam pengikut madzhab Hambali dan guru mereka pada masanya.”


Imam Adz-Dzahabi memberi gelar Syaikhul Islam kepada Beliau dalam kitabnya Siyar A’laam An-Nubala.


Kaum Sufi yang ghuluw (berlebih-lebihan) dan ta’ashub (fanatik) kepada Syaikh memberinya gelar dengan Al-Quthb wa Al-Ghauts. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kata Al-Ghauts tidak berhak disandang kecuali oleh Allah Ta’ala karena hanya Dia-lah Yang Maha Menolong orang-orang yang meminta pertolongan, maka tidak boleh seorang pun meminta pertolongan kepada selain-Nya.”


3⃣ Guru-guru Beliau yang masyhur diantaranya: Al-Allamah Syaikh Hanabilah di masanya Imam Ibnu ‘Aqil al-Hanbali, kepadanya Beliau belajar fikih; Imam Hammad bin Muslim ad-Dabbas, kepadanya Beliau belajar tasawuf.


4⃣ Adapun murid-murid Beliau yang masyhur diantaranya: Taqiyuddin Abdul Ghani bin Qudamah al-Maqdisi, penulis kitab Umdatul Ahkam; dan Al-Muwaffaq Syaikhul Islam Abdullah bin Qudamah al-Maqdisi, penulis kitab Al-Mughni.


6⃣ Karya Beliau yang terkenal ialah Al-Ghunyah. Buku ini menjadi buku yang terbaik dalam bidang akidah, fikih, adab yang ditulis dengan metode yang mudah, ungkapan yang sederhana, dan dilengkapi dalil-dalil yang jelas dari Al-Qur`an dan As-Sunnah; seandainya tidak memuat beberapa shalat, dzikir, dan doa yang bid’ah.


6⃣ Imam Adz-Dzahabi berkata, “Walaupun di zamannya terlumpuri oleh lumpur kesufian tetapi orang yang mengahadiri ta’lim Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menggambarkan -menurut keyakinan kami- bahwa beliau berpegang kepada keyakinan para Salaf yang shaleh dan Sahabat.”


7⃣ Dalam kitabnya Al-Ghunyah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani berkata, “Ketahuilah bahwa ahli bid’ah memiliki tanda-tanda yang bisa dikenali. Tanda-tandanya ialah mencela Ahlussunnah. Tanda-tanda kezindikan adalah menamakan Ahlussunnah dengan Hasywiyah. Tanda-tanda Qadariyah adalah menamakan Ahlussunnah dengan Jabariyah. Tanda-tanda Jahmiyah adalah menamakan Ahlussunnah dengan Musyabbihah. Tanda-tanda Rafidhah adalah menamakan Ahlussunnah dengan Nashibah. Semua mereka itu memusuhi Ahlussunnah. Dan tidaklah benar penamaan mereka kepada Ahlussunnah, sungguh itu hanyalah tuduhan belaka.”


8⃣ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menukil sebuah kisah antara Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dengan setan;

“Aku melihat cahaya besar yang memenuhi angkasa kemudian tampaklah olehku di dalamnya sebuah gambar yang memanggilku, ‘Wahai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu. Aku telah menghalalkan kepadamu hal-hal yang diharamkan.’ Lalu aku katakan, ‘Jangan bohong kamu wahai mata,’ ternyata cahaya itu padam dan gambar itu adalah asap.” Padahal kejadian seperti ini telah menyesatkan tujuh puluh orang yang menempuh jalan thariqah.


Ditanyakan kepadanya, “Bagaimana Anda tahu bahwa itu setan?” Beliau menjawab, “Dari perkataannya, ‘Aku menghalalkan untukmu hal-hal yang diharamkan.”


9⃣ Dalam Al-Ghunyah Syaikh berkata tentang iman. “Kami yakin bahwa keimanan adalah perkataan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan melaksanakan dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemasksiatan, menguat dengan ilmu, melemah dengan kebidohan, dan timbul karena adanya taufik.”


 Dalam Al-Fathur Rabbani Beliau berkata, “Hendaklah kalian ‘ittiba tanpa membuat bid’ah, dan hendaklah kalian mengikuti madzhab Salafush Shalih serta berjalanlah kalian di jalan yang lurus.”


1⃣1⃣ Tentang sifat-sifat Allah, Beliau berkata dalam Al-Ghunyah , “Kami berlindung kepada Allah Ta’ala dari mengatakan tentang-Nya dan tentang sifat-sifat-Nya dengan perkataan yang tidak pernah diberitakan oleh-Nya maupun oleh Rasul-Nya.”


1⃣2⃣ Syaikh mengatakan dalam Al-Fathur Rabbani, “Tidak ada keberuntungan buatmu hingga kamuu mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah.” Lalu di tempat lain Beliau menegaskan tentang pentingnya mengikuti ulama dalam memahami nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah. Karena merekalah orang-orang yang tahu dalam memahami keduanya. Beliau berkata, “Jika kamu tidak mengikuti Al-Kitab, As-Sunnah, dan guru-guru yang memahami keduanya, maka kamu tidak akan beruntung selamanya.”


1⃣3⃣ Masih dalam kitab yang sama beliau mengatakan tentang sufi. “Sufi adalah orang yang batinnya bersih dan lahirnya mengikuti Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.”


1⃣4⃣ Dalam Al-Ghunyah Beliau berkata, “Tasawuf adalah percaya kepada Yang Haq (Allah Ta’ala) dan berperilaku baik kepada makhluk.”


1⃣5⃣ Beliau mengatakan lagi, “Jika engkau ingin keberuntungan, maka bersahabatlah dengan guru yang mengetahui hukum Allah dan mengajarkannya sehingga dia akan mengajarimu, mendidikmu, dan mengenalkanmu jalan menuju Allah.”


 Buku Putih Syaikh Abdul Qadir al-Jailani karya Dr. Sa’id bin Musfir al-Qahthani. Darul Falah, Jakarta.


✏ Abahnya 'Aashim

Komentar

Postingan Populer